Jumat, 22 Oktober 2010

Trik Asuh Bayi Saat Suami Jauh

Detail Berita
 SI buah hati masih bayi, tapi tiba-tiba suami harus berada berkilo-kilo meter hingga bermil-mil jauhnya, untuk urusan pekerjaan atau studi. Waduh, terbayang repotnya mengurus si kecil sendirian.

Tenang, asal tahu triknya, tak masalah kok. Apalagi kalau kedekatan si ayah dan anak tetap tak terganggu. Two thumbs up!

Menurut Francisca, M. Psi, Psikolog dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia (LPTUI), kunci keberhasilan kala merawat bayi tanpa suami adalah komunikasi! Dikatakannya, komunikasi sebagai solusi kesepakatan dalam menanamkan kepedulian antara istri dan suami dalam mengasuh anak agar kelak bila terjadi masalah, orangtua tidak saling menyalahkan. Lantas, seperti apa komunikasi itu?

Berbicaralah kepada suami

- Dalam urusan mengasuh anak, istri-suami perlu urun rembuk mengenai apa saja yang diperlukan bayi, umpamanya, siapakah yang membantu istri dalam merawat bayi, apalagi bila buah hati adalah bayi pertama dalam keluarga. Apakah kelak sang istri dibantu oleh orangtua, mertua, atau pengasuh, perlu didiskusikan secara matang oleh pasangan.

- Sebaiknya, Moms memberitahukan kondisi dan perkembangan bayi secara rutin kepada suami. Begitu pula Dads harus melakukan hal yang sama, mencari tahu kondisi buah hati. Dengan demikian, Dads tetap dekat dengan anak. Dan ketika bertemu anaknya kelak, Dads tidak akan merasa asing.

- Bila terjadi sesuatu pada bayi, Moms tetap memberitahukan kepada suami. Nah, untuk menghindari suasana kalang kabut antara istri-suami, sebaiknya Moms membekali diri dengan pengetahuan, cara merawat bayi, masalah-masalah yang biasa terjadi pada bayi, tumbuh kembang bayi, dan sebagainya. Sehingga ketika bayi sakit, contohnya, Moms tidak gampang panik dan cepat mengambil tindakan ketika menghadapi hal-hal di luar kebiasaan.

Selain itu, simpan pula kontak tenaga ahli, seperti dokter, yang membantu menangani masalah yang lebih berat lagi atau memberikan informasi mengenai kondisi bayi. Hal ini diupayakan agar istri tidak sebentar-sebentar menelepon suami yang dapat menganggu kelancaran pekerjaan atau studi. Pasalnya, bila ‘terkurung’ rasa panik akan menyulitkan Moms dalam mengambil keputusan.

Ajak si kecil berkomunikasi

- Meski terhalang jarak, Dads tetap bisa menjalin komunikasi dengan bayi. Ambil contoh, bertelepon. Dads bisa berbicara atau menyanyikan lagu bagi buah hatinya. Nah, bayi cenderung tertarik pada suara manusia. Sebagai responnya, dia akan mengeluarkan suara-suara sebagai usaha awal berkomunikasi. Nah, Moms juga bisa merekam suara Dads lalu memperdengarkannya di lain kesemparan pada bayi sehingga bayi tetap akrab dengan suara ayahnya.

Demikian pula sebaliknya, Moms dapat merekam perkembangan bayi lewat video kamera dan mengirimkannya kepada suami agar ia tetap familiar dengan setiap perkembangan buah hatinya.

- Selain pendengaran, komunikasi bisa pula dilakukan lewat indera lainnya, misalnya penglihatan. Pasanglah foto ayahnya dalam kamar bayi. Ajaklah si bayi berbicara sembari memandangi foto ayahnya.

Ketika Dads kembali dari tugas atau studi, lakukanlah quality time bersama bayi, seperti menggendong, menatap, mengajak bicara, bermain, dan sebagainya. Inilah momen bonding yang kuat melalui kontak fisik. Ya! Bayi akan merasakan sentuhan, bau, suara, dan melihat figur Ayah secara langsung sehingga lebih akrab.

Tak sungkan meminta bantuan pihak lain

Karena belum berpengalaman, biasanya ibu baru masih ragu saat menangani masalah, misalnya saat bayi sakit. Karena itu, dia memerlukan pihak yang membantu, menenangkan situasi, dan menentukan langkah yang dapat dilakukan segera. Bantuan bisa datang dari orangtua, mertua, saudara, sahabat, teman, atau tenaga medis.

(Mom& Kiddie//ftr)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar